Resensi Novel
FILOSOFI KOPI : Kumpulan Cerita & Prosa Satu Dekade
Oleh Karina. A. Risaf
JUDUL BUKU : Filosofi kopi: kumpulan cerita &
prosa satu dekade
PENGARANG : DEWI LESTARI
TAHUN TERBIT : 2006
CETAKAN KE : 6
PENERBIT : Truedee
Books & GagasMedia
Filosofi
Kopi adalah
sebuah buku fiksi karya Dewi Lestari
yang akrab dipanggil dengan nama Dee.
Melalui
buku Filosofi Kopi ini, Dee ingin menghadirkan bagaimana perjuangan seorang
yang memiliki hobi terhadap kopi dan memaknai kopi dari sudut pandang
kehidupan. Buku ini dianugerahi sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 oleh
majalah Tempo. Pada tahun yang sama, Filosofi Kopi juga berhasil
dinobatkan menjadi 5 Besar Khatulistiwa Award kategori fiksi.
Buku ini
adalah kumpulan cerita dan prosa satu dekade, rentang 1995 hingga 2005.
Judulnya diambil dari salah satu judul tulisan di dalamnya.
Buku ini
berisi 18 tulisan yang terdiri dari prosa lirik, cerita pendek, dan cerita
tidak terlalu pendek. Buku ini ditulis pada tahun 1995-2005.
- Filosofi Kopi (1996)
- Mencari Herman (2004)
- Surat Yang Tak Pernah Sampai (2001)
- Salju Gurun (1998)
- Kunci Hati (1998)
- Selagi Kau Lelap (2000)
- Sikat Gigi (1999)
- Jembatan Zaman (1998)
- Kuda Liar (1998)
- Sepotong Kue Kuning (1999)
- Diam (2000)
- Cuaca (1998)
- Lara Lana (2005)
- Lilin Merah (1998)
- Spasi (1998)
- Cetak Biru (1998)
- Budha Bar (2005)
- Rico de Coro (1995)
Cerita Singkat Novel
Cerita utama dalam buku Filosofi Kopi bercerita tentang Ben dan Jody. Ben merupakan seorang barista yang handal dalam meramu kopi. Bersama Jody, dia mendirikan suatu kedai kopi yang disebut Filosofi Kopi Temukan Diri Anda Di Sini.
Ben memberikan sebuah deskripsi singkat mengenai filosofi kopi dari setiap ramuan kopi yang disuguhkannya di kedai tersebut. Kedai tersebut menjadi sangat ramai dan penuh pengunjung. Suatu hari, seorang pria kaya menantang Ben untuk membuat sebuah ramuan kopi yang apabila diminum akan membuat kita menahan napas saking takjubnya, dan cuma bisa berkata: hidup ini sempurna, dan Ben berhasil membuatnya. Ramuan kopi yang disebut Ben's Perfecto tersebut menjadi yang minuman terenak hingga seorang pria datang dan mengatakan bahwa rasa kopi tersebut hanya "lumayan enak" dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di suatu lokasi di Jawa Tengah.
Ben dan Jody yang penasaran langsung menuju lokasi tersebut dan mereka menemukan secangkir kopi tiwus yang disuguhkan oleh pemilik warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody meminum kopi tersebut tanpa berbicara sedikitpun, dan hanya meneguk serta menerima tuangan kopi yang disuguhkan oleh pemilik warung tersebut. Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna dan ada cerita serta filosofi yang menarik dari kopi tersebut. Ben yang merasa gagal kembali ke Jakarta dan putus asa. Untuk mencari tahu cara menghibur temannya, Jody kembali menemui pemilik warung di Jawa Tengah tersebut dan sepulangnya dari sana, dia menghidangkan Ben segelas Kopi Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, dia menmberikan sebuah kartu bertuliskan "Kopi yang Anda minum hari ini Adalah: "Kopi Tiwus. Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya". Pada akhirnya Ben sadar bahwa dia selama ini mengambil jalan hidup yang salah, dan Ben juga sadar bahwa hidup ini tidak ada yang sempurna. Dengan demikian Ben kembali sadar dan melanjutkan perjuangan serta hobinya di kedai filosofi kopi.
Cerita utama dalam buku Filosofi Kopi bercerita tentang Ben dan Jody. Ben merupakan seorang barista yang handal dalam meramu kopi. Bersama Jody, dia mendirikan suatu kedai kopi yang disebut Filosofi Kopi Temukan Diri Anda Di Sini.
Ben memberikan sebuah deskripsi singkat mengenai filosofi kopi dari setiap ramuan kopi yang disuguhkannya di kedai tersebut. Kedai tersebut menjadi sangat ramai dan penuh pengunjung. Suatu hari, seorang pria kaya menantang Ben untuk membuat sebuah ramuan kopi yang apabila diminum akan membuat kita menahan napas saking takjubnya, dan cuma bisa berkata: hidup ini sempurna, dan Ben berhasil membuatnya. Ramuan kopi yang disebut Ben's Perfecto tersebut menjadi yang minuman terenak hingga seorang pria datang dan mengatakan bahwa rasa kopi tersebut hanya "lumayan enak" dibandingkan kopi yang pernah dicicipinya di suatu lokasi di Jawa Tengah.
Ben dan Jody yang penasaran langsung menuju lokasi tersebut dan mereka menemukan secangkir kopi tiwus yang disuguhkan oleh pemilik warung reot di daerah tersebut. Ben dan Jody meminum kopi tersebut tanpa berbicara sedikitpun, dan hanya meneguk serta menerima tuangan kopi yang disuguhkan oleh pemilik warung tersebut. Kopi tersebut memiliki rasa yang sempurna dan ada cerita serta filosofi yang menarik dari kopi tersebut. Ben yang merasa gagal kembali ke Jakarta dan putus asa. Untuk mencari tahu cara menghibur temannya, Jody kembali menemui pemilik warung di Jawa Tengah tersebut dan sepulangnya dari sana, dia menghidangkan Ben segelas Kopi Tiwus. Bersamaan dengan kopi tersebut, dia menmberikan sebuah kartu bertuliskan "Kopi yang Anda minum hari ini Adalah: "Kopi Tiwus. Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya". Pada akhirnya Ben sadar bahwa dia selama ini mengambil jalan hidup yang salah, dan Ben juga sadar bahwa hidup ini tidak ada yang sempurna. Dengan demikian Ben kembali sadar dan melanjutkan perjuangan serta hobinya di kedai filosofi kopi.
Kelebihan
Cerita di buku ini begitu cerdas terungkap dari
untaian kata yang ditulis oleh penulis. Gaya bahasa dan pemilihan kalimat tidak
terlalu rumit dan lebih mudah dipahami dibandingkan buku-buku lain seperti
Supernova yang ditulis oleh Dee.
Kekurangan
Terkadang ada beberapa bagian yang menimbulkan kesan
monoton walaupun buku ini berisi kumpulan prosa. Tapi dibandingkan dengankesan
monotonnya, Dee mampu mencairkan kesan itu dengan ungkapan-ungkapan cerdas di
dalamnya.
Referensi :
Recent Comments