PIKIRAN, KECERDASAN dan BELAJAR



Pikiran manusia dan proses-proses berpikirnya selalu nampak misterius dan menakjubkan. Penyelidikan terhadap hakekat pikiran baru menjadi bidang ilmu eksperimental tersendiri selama jangka waktu yang belum lama. Selama beberapa abad terakhir, telah banyak kejelasan baru yang didapatkan mengenai hakekat proses berfikir, mengenai sumber-sumber kehidupan emosional dan mengenai pelbagai pola tingkah laku. Namun demikian, manusia semakin bertanya, apakah “pikiran” itu? .
Pandangan yunani kuno mengenai pikiran sangatlah sederhana, pikiran adalah organ yang hanya berkaitan dengan ide-ide murni. Plato secara eksplisit menolak bahwa pikiran berhubungan dengan penginderaan.

Dewasa ini para psikolog bertanya-tanya : apakah berpikir itu?.  
Berpikir ada sangkut pautnya dengan kesadaran, yang menimbulkan pertanyaan baru mengenai arti dari kesadaran itu sendiri.  Ingatan dan belajar menimbulkan kesukaran yang serupa.
Berpikir, kesadaran, ingatan, dan belajar, semua adalah berbagai istilah yang berarti bahwa kehidupan berpikir mencakup makna pemahaman atau pengertian.
Apapun pengertian dari pikiran,tidak dapat diragukan lagi bahwa mekanisme pikiran berhubungan langsung dengan sistem saraf dan susunannya. Kejadian-kejadian yang tidak terbayangkan kecilnya terjadi di antara sel-sel jaringan saraf dan disitulah terjadi proses-proses yang besar seperti tanggapan terhadap rangsang sensorik, gerak tubuh di bawah keinginan atau di luar keinginan, hingga tindak berfikir yang disadari ataupun tidak disadari. Oleh kerena itu, pemeriksaan tentang bagaimana berfungsinya pikiran itu haruslah dimulai dari susunan saraf.
Walaupun kegiatan sel-sel saraf menusia menghasilkan beraneka macam pengaruh, sel-sel tersebut memiliki struktur yang serupa. Sel-sel saraf tubuh manusia sendiri terkumpul menjadi tiga struktur besar yaitu otak, sumsum tulang belakang dan jaringan saraf yang membentang keseluruh bagian tubuh yang disebut saraf periferik.

Pikiran manusia disebut-sebut berhubungan dengan tingkat kecerdasannya yang telah menjadi sifat dasar manusia. Kecerdasan secara lugasnya hanya berarti kemampuan untuk melaksanakan tindakan mental secara berhasil. 
Tetapi tindakan berhasil itu berada dalam lingkup yang sangat relative.Seseorang bisa saja sangat pintar dalam hal visual atau musik, tapi sangat buruk dalam hal akademis atau naratif. Ada juga sesorang yang mampu mengingat banyak angka dalam waktu singkat,dapat mengeja huruf secara bolak-balik dengan cepat hingga memainkan komposisi musik yang sangat rumit tanpa menggunakan buku namun nilai pelajaran disekolahnya amat buruk, bahkan pengetahuan umumnya pun lebih rendah dibanding orang-orang seusianya dan hampir tidak memiliki penalaran logis saat dihadapkan dengan suatu masalah . Apakah orang tersebut berarti cerdas ? atau bodoh?

Beberapa abad yang lalu, seorang ahli psikologi Jerman, William Stern mengemukakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan umum perorangan untuk secara sadar menyesuaikan pemikirannya terhadap tuntutan-tuntutan baru. Kecerdasan adalah kesanggupan umum mental untuk menyesuaikan diri dengan masalah dan kondis baru. Seorang psikolog Perancis, Alfred Binet, lebih menghubungkan suatu kecerdasan dengan “pemahaman, penemuan, pengarahan dan kritik “ dan merangkumnya menjadi sebuah “penilaian”.

Pada abad-abad sebelum terdapat tes kecerdasan, teka-teki sering dipakai untuk mengukur kecerdikan yang unggul. Contohnya seperti teka-teki yunani yang diberikan oleh Sfinks kepada Oedipus : 

Makhluk apakah yang berjalan dengan empat kaki di pagi hari, dua kaki di siang hari dan tiga kaki di senja hari?. 

Oedipus dengan kepahamannya menjawab “manusia”. Pagi hari adalah awal hidup dimana seorang manusia masih bayi dan merangkak dengan tangan dan kakinya, di masa dewasa manusia berjalan dengan dua kakinya dan saat tua, manusia menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan, karena jawabannya tersebut, Oedipus diangkat menjadi raja Thebes.

John Locke seorang tokoh besar Inggris menyisipkan suatu proses belajar diantara pikiran dan kecerdasan. Menurutnya, belajar adalah pengalaman, yaitu kesaksian dari panca indera dan dari refleksi terhadap kesaksian itu. Karena pernyataan tersebut, banyak timbul kontroversi mengenai makna belajar itu sendiri. Semakin banyak pertanyaan yang timbul karena belum ada kejelasan mengenai proses dasar yang dijalani manusia. Oleh karena itu ahli psikologis kini membatasi makna belajar itu sendiri, yaitu : “Belajar adalah modifikasi tingkah laku akibat pengalaman”.  Thorndike, seorang ahli dari Amerika, memandang belajar sebagi sebuah tindakan pemecahan masalah. Dia melakukan eksperimen dengan hewan yang diberi berbagai permasalahan dan mencatat dan menghubungkan semua tindakan yang terjadi dalam eksperimen tersebut.
Berabad berikutnya, definisi-defisi tersebut mulai banyak berkembang dan orang-orangpun mulai lebih fokus kepada cara untuk menangkap pengalaman dan belajar. Kini para ahli lebih mengembangkan penelitian dengan membandingkan metode ajar konvensional yang menggunakan buku dengan alat bantu ajar lain yang lebih visual dan grafis.
Kemampuan belajar seseorang akan bertambah secara langsung dengan bertambahnya kecerdasan. Manusia dengan tingkat kecerdasan tinggi akan mempelajari apa saja yang diperlukan untuk kelestariannya.
Kecerdasan manusia yang tinggi terlihat dari kemampuannya berkomunikasi. Manusia, dengan otaknya mampu berbahasa  dan dengan alat unik ini manusia dapat belajar. Kata adalah mata uang komunikasi yang tidak dapat terkuras habis. Kata dapat ditulis, memampukan manusia untuk menyampaikan keselurahan masa lampau dan masa kini. Akhirnya, bahasa menjadi alat dasar manusia untuk berpikir.

Tahun 1904, Alfred Binet merancang tes ilmiah pertama yang berhasil baik untuk mengukur kecerdasan manusia. Kecerdasan mencakup kegiatan psikis yang kisarannya luas, mulai dari pengertian mendalam hingga pemikiran logis yang dapat diuji dengan berbagai soal dan teka-teki. Hingga saat ini ada banyak tes beragam yang dikembangkan dari tes kecerdasan awal yang di gagas oleh Binet. Kebanyakan tes mengukur kemampuan kita untuk menemukan arti dan hubungan dalam konsep murni seperti kata, bilangan, dan bentuk geometris. Tes-tes kecerdasan seperti ini hanya dipakai untuk mengukur kemampuan kita dalam memecahkan suatu masalah logis yang diberikan, dan tidak dipakai untuk mengukur seberapa besar motivasi yang dimiliki.

Namun, disamping semua teori yang muncul dan berbagai penelitian yang ada, Hingga saat ini misteri tentang pikiran dan kecerdasan masih sangat semu dan membuat para ilmuan ahli saraf dan para ahli psikologis terus mencari jawaban. Hubungan antara kecerdasan dan pikiran seseorang juga berhubungan erat dengan sifat emosionalnya yang sekarang dikenal dengan istilah IQ,EQ, dan SQ.

Ikhtisar dari buku ensiklopedia:


Judul Buku                 :           Pustaka Ilmu LIFE : PIKIRAN
Pengarang                  :           John Rowan Wilson, dkk.
Penerbit                      :           Tira Pustaka Jakarta
Tahun terbit               :           -
Penerjemah                :           -
Tebal Halaman           :           200 hal,Hard Cover.

posted under | 3 Comments
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Name*


Message*

Welcome To Basil

My Instagram

Facebook

Recent Posts

A Theme For

    Blogger Friends


Recent Comments